Kamis, 20 Oktober 2011

Lembaran Daun Bertanda Embun

Katakan saja, pagi ini tak ada matahari menyapa dengan hangat pelukan, tak ada berkas sinar menggores dinding kamar. Dan kaca jendela, hanya bingkai kosong tanpa setangkai mawar.

Kuharap angin menari di selasar rumah. Menghibur rambutmu dengan hembus sejuk gunung. Menghapus mimpi buruk yang mungkin menggantung di bulumata. Angin, sampaikan salamku, rindu menggunung sampai puncaknya.

Barangkali di celah pintu ada derit tersisa. Kalimat yang tak dapat kucegah ketika kaubiarkan langkah melengang dalam kembara. Luas padang, merentas ilalang, menggagas setiap fatamorgana sebagai rangkaian doa. Pepohonan meranggas sebab daundaunnya kukirimkan padamu.

Puisi ini untukmu, Adinda. Kalimat pengganti tiap jeda percakapan. Lembaran daun bertanda embun, kecup yang kutitipkan. Ketika mulut tak mampu menerjemahkan dada, pada dekap tiada.

0 komentar:

Posting Komentar

Kehilangan

Mengapa…?

mengapa aku harus kehilangannya untuk kedua kalinya

kini aku tak mengerti…

hatiku kini retak,remuk,dan hancur…

dulu hatiku yang slalu senang saat bersamanya

kini hilang harapan itu

dia pergi…

pergi menghadap sang khaliq

seharusnya aku harus ikhlaskannya

tapi tak bisa,

air mataku trus mengalir,dan membasahi pipiku

sekarang,fikirku hanya bagaimana bisa menyusulnya

aku kehilangan jati diriku saat ini,karna dia…

aku hanya bisa menangis dan menagisinya,

menjerit dan rasa penyesalan yang dalam

mengapa ku tak nyatakan rasaku padanya ?

sekarang, yang didepanku hanya raga tanpa nyawa

Dia pergi,Dia pergi,tinggalkanku,hanya itu ucapku

dulu waktu aku ingin ungkapkan rasaku padanya

ternyata Dia sudah memiliki orang yang dicintainya…

haruskah kurusak itu ?

tak mungkin, kini dia telah sendiri, tanpa kekasih hati

dan hari ini, saat kuberencana ingin ucapkan rasaku

tiba-tiba aku dengar dia telah memiliki yang lebih baik lagi

haruskah aku melupakan dia begitu saja

n menjauh untuk melupakannya

untuk selama-lamanya.......??????